DewaDit
Halaman Facebook
Rabu, 26 Desember 2012
Jumat, 23 November 2012
Contoh Laporan Karya Wisata Budidaya Ikan Kerapu BBPPBL Gondol
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia di kenal sebagai negara
maritim. Potensi alam terutama potensi lautnya sangat berlimpah.Berbagai jenis
biota laut dapat dengan mudah ditemukan disepanjang laut di Indonesia, salah
satunya di daerah Bali, khususnya di Gondol. Masyarakat di sekitar daerah
Gondol sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang hampir setiap hari
menangkap, mengkonsumsi dan menjual hasil-hasil laut untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sehingga lambat laun biota laut akan menjadi semakin berkurang dan
bahkan punah. Salah satu biota laut yang saat ini populasinya sudah menurun
adalah ikan kerapu.
Ikan
kerapu ini dikenal sebagai jenis ikan konsumsi yang merupakan ikan laut yang
mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah.Permintaan
pasar dalam keadaan hidup terhadap spesies ini baik didalam maupun diluar
negeri sangat tinggi. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
hanya bisa mengambil ikan kerapu di laut bebas tanpa memikirkan keberadaannya
selama beberapa tahun ke depan. Pembudidayan perlu dilakukan untuk mengurangi
penangkapan ikan kerapu dilaut bebas secara besar-besaran dan dalam jangka
waktu yang lama. Namun banyak dari masyarakat yang belum paham mengenai cara pembudidayaan
yang benar. Dengan demikian, pembudidayaan perlu diupayakan baik dari pihak
pemerintah maupun masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu
mengetahui dan memahami lebih detail tentang pembudidayaan induk ikan kerapu.
Untuk itu dilakukan penelitian ke Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Laut Gondol sehingga ditemukan informasi berkaitan dengan pembudidayaan
induk ikan kerapu.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Bagaimanakah
cara pembudidayaan induk ikan kerapu dalam mempertahankan kelestarian jenisnya
?
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu :
Untuk mengetahui
cara pembudidayaan induk ikan kerapu dalam mempertahankan kelestarian jenisnya.
1.4 Manfaat
Penelitian
1)
Memberikan pengalaman nyata kepada
siswa untuk melakukan penelitian sehingga mampu menghubungkan materi yang
didapat di sekolah dengan kehidupan nyata sehari-hari, dalam rangka meningkatkan
kualitas daya analisis kritis siswa.
2)
Menghadirkan suasana ilmiah di
lingkungan sekolah sehingga mampu meningkatkan sikap ilmiah yang kritis, jujur,
objektif, dan bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan suasana kompetisi yang
sehat di lingkungan sekolah.
3)
Memberikan informasi yang lebih detail
tentang pembudidayaan dan pemeliharaan induk kerapu kepada pembaca pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya sehingga mampu menumbuhkan jiwa
kreatif dan inovatif.
4)
Memberikan sumbangan pemikiran
berkaitan dengan pembudidayaan dan pemeliharaan induk kerapu sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan dalam mengembangkan IPTEK perikanan budidaya laut kepada
masyarakat.
1.4
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi tentang ikan kerapu, untuk pengamatan karya wisata ini dilakukan
pembatasan masalah yaitu pengamatan tentang budidaya induk ikan kerapu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Budidaya
Budidaya secara
harfiah berarti pemeliharaan. Dalam konteks perikanan, berarti kegiatan
pemeliharaan segala jenis sumber daya perikanan yang dilakukan oleh manusia
dalam lingkungan terkontrol untuk tujuan kesejahteraan manusia. Kegiatan budidaya
biasanya dibagi menjadi:
1). Pembenihan (mengawinkan organisme untuk mendapatkan anakan)
2). Pemeliharaan larva (anakan yang kecil sekali dan belum menyerupai organisme dewasa, biasanya diberi makan plankton)
Pendederan/ Pemeliharaan juvenil (larva berkembang menjadi organisme yang menyerupai dewasa, tapi alat kelamin belum matang)
Pembesaran: Pemeliharaan organisme dewasa untuk memenuhi ukuran dan berat yang diinginkan untuk konsumsi
1). Pembenihan (mengawinkan organisme untuk mendapatkan anakan)
2). Pemeliharaan larva (anakan yang kecil sekali dan belum menyerupai organisme dewasa, biasanya diberi makan plankton)
Pendederan/ Pemeliharaan juvenil (larva berkembang menjadi organisme yang menyerupai dewasa, tapi alat kelamin belum matang)
Pembesaran: Pemeliharaan organisme dewasa untuk memenuhi ukuran dan berat yang diinginkan untuk konsumsi
Budidaya
perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme
air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau
akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis
ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan
air. Istilah akuakultur yang diambil dari istilah dalam Bahasa Inggris Aquaculture. Berikut definisi akuakultur
menurut beberapa sumber. Akuakultur merupakan suatu proses pembiakan organisme
perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran(Wheaton,
1977). Akuakultur
merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik
domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli
organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang
berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972).
2.2 Persyaratan
dalam Pembudidayaan Ikan
Dalam membudidayakan ikan di kolam
atau empang ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui, diantaranya antara
lain :
1. Sumber Air
Dalam pemilihan tempat untuk budidaya ikan perlu
memperhatikan sumber air. sumber air ini harus cukup dan memadai. sumber air
ini bisa berasal dari sungai, aliran irigasi, maupun mata air. sumber air
sedapat mungkin tersedia sepanjang tahun dengan debit yang memadai. salah
satu contoh dalam memelihara ikan mas memerlukan suplai air dengan debit 10 -
16 liter/detik/ha.
2. Jenis tanah dan kemiringan
2. Jenis tanah dan kemiringan
Dalam membangun kolam harus memperhatikan jenis tanah dan
kemiringan. kolam yang dibangun sebaiknya memiliki jenis tanah yang liat atau
lempung berpasir (sandy clay) sehingga tidak porus. Kemiringan lahan yang
digunakan untuk budidaya ikan sebaiknya memiliki kemiringan 5 - 10 derajat
karena kondisi air demikian akan memudahkan pengaliran air secara gravitasi.
3. Kualitas Air
3. Kualitas Air
Air
yang digunakan untuk budidaya ikan harus memenuhi kualitas yang disyaratkan.
air yang digunakan tidak berbahaya, tidak mengandung racun berbahaya dan bisa
menumbuhkan pakan alami. Secara umum parameter kualitas air untuk melakukan
budidaya ikan yang baik adalah:
a. Suhu : 25 - 30 derajat celcius
b. pH air : 6,5 - 8,5
c. DO (oksigen terlarut) : minimal 3 ppm
d. Kadar Amonia (NH3) : maksimal 0,5 ppm
4. Jauh dari tempat pembuangan limbah
a. Suhu : 25 - 30 derajat celcius
b. pH air : 6,5 - 8,5
c. DO (oksigen terlarut) : minimal 3 ppm
d. Kadar Amonia (NH3) : maksimal 0,5 ppm
4. Jauh dari tempat pembuangan limbah
Lokasi
yang digunakan untuk budidaya ikan harus jauh dari limbah industri maupun dari
limbah rumah tangga.
2.3 Spesies
Ikan Kerapu
Dalam pergaulan
internasional kerapu dikenal dengan nama grouper atau trout, mempunyai sekitar
46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Dari semua spesies
tersebut, bisa dikelompokkan ke dalam 7 genus meskipun hanya 3 genus yang sudah
dibudidayakan dan menjadi jenis
komersial yaitu genus Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus.
Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam.Daerah habitatnya meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung dan kawasan perairan terumbu karang.Kerapu Sunu(coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang.Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres.Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kepulauan Karimanjawa, Kepulauan Seribu, Lampung Selatan, Kepulauan Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam.Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan.Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung, dan daerah muara sungai.
Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam.Daerah habitatnya meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung dan kawasan perairan terumbu karang.Kerapu Sunu(coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang.Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres.Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kepulauan Karimanjawa, Kepulauan Seribu, Lampung Selatan, Kepulauan Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam.Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan.Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung, dan daerah muara sungai.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ditemukan apa adanya.
Langkah-langkah dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari tiga
langkah yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pada tahap persiapan meliputi: menganalisis permasalahan,dan
melakukan telaah pustaka. Sedangkan pada tahap pelaksanaan yaitu mengambil data
ke lokasi penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Sedangkan pada tahap pelaporan meliputi:
analisis data, penyusunan laporan, dan presentasi laporan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 27 September 2012. Dalam hal ini persiapan penelitian dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Banjar, pengambilan data di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol dan penyusunan laporan dilaksanakan baik di
sekolah maupun di tempat yang di sepakati oleh tim peneliti. Penelitan ini
diharapakan mampu memberikan informasi yang kreatif dan inovatif berkaiatan
dengan keberadaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol.
3.2 Aspek
Kajian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif, dimana terdapat satu aspek kajian.
Aspek kajian pembudidayaan induk ikan kerapu meliputi latar belakang
melakukan pembudidayaan induk ikan kerapu, langkah awal dalam melakukan
pembudidayaan, pemerolehan indukan ikan kerapu, perawatan induk.
3.3 Instrumen
penelitian
Dalam penelitian ini terdapat satu
aspek kajian yaitu pembudidayaan induk ikan kerapu. Oleh karena itu, instrumen
dalam penelitian ini meliputi satu aspek kajian tersebut. Adapun instrumen
berkaitan dengan pembudidayaan induk ikan kerapu disajikan berdasarkan tabel
berikut.
No
|
Aspek yang
dikaji
|
Deskripsi
Hasil Penelitian
|
1.
|
Pembudidayaan induk ikan kerapu
|
|
1.1 Latar
belakang pembudidayaan
induk ikan kerapu
|
||
1.2 Langkah awal dalam melakukan
Pembudidayaan
|
||
1.3 Pemerolehan
induk ikan kerapu
|
||
1.4 Perawatan induk
|
Dalam penelitian ini juga digunakan
metode wawancara. Oleh karena itu, dipersiapkan daftar pertanyaan untuk
memperkuat data berkaitan dengan pembudidayaan induk ikan kerapu, maka
dilakukan wawancara dengan narasumber di lokasi penelitian. Adapun pedoman wawancara
disajikan pada tabel sebagai berikut:
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1.
|
Apa yang melatarbelakangi di tempat ini dilaksanakan di
pembudidayaan?
|
|
2.
|
Bagaimana langkah awal dalam melakukan pembudidayaan ?
|
|
3.
|
Di perairan mana dapat ditemukan ikan kerapu ini ?
|
|
4.
|
Bagaimana cara memperoleh induk ikan kerapu yang
berkualitas ?
|
|
5.
|
Bagaimana cara pembersihan kolam atau bak tempat
pemeliharaan induk ikan kerapu ?
|
|
6.
|
Apa saja pakan yang sesuai untuk induk ikan kerapu ?
|
|
7.
|
Penyakit atau hama apa saja yang sering menyerang induk
ikan kerapu ?
|
|
8.
|
Bagaimana cara mengatasi apabila ada induk ikan kerapu
yang terserang penyakit atau hama ?
|
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Data atau informasi yang dikumpulkan
dalam laporan ini terdiri dari kegiatan pada Bagian Teknik Perawatan Induk,
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode wawancara dan
metode observasi. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari
narasumber yaitu Teknisi Perawatan Induk . Metode wawancara diterapkan untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirancang dalam instrumen
penelitian dan untuk memperjelas
informasi yang dimaksud, maka dilakukanlah observasi atau pengamatan langsung
di lokasi penelitian sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan terpercaya.
3.5 Analisis
Data
Data merupakan
informasi yang diperoleh melalui instrumen penelitian yang dikumpulkan melalui
teknik wawancara dan observasi. Data
yang didapatkan melalui teknik wawancara dan observasi tersebut berupa
deskriptif kualitatif. Data tersebut menjelaskan tentang konservasi induk ikan
kerapu di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif, dimana terdapat satu kajian dalam
penelitian ini,yaitu pembudidayaan induk ikan kerapu. Penelitian ini dilakukan
di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol pada tanggal 27
September 2012. Penelitian ini di fokuskan pada satu kajian tersebut .
Berdasarkan hasil observasi ,ditemukan
hasil seperti di sajikan pada tabel berikut ini:
No
|
Aspek yang
dikaji
|
Deskripsi
Hasil Penelitian
|
1.
|
Pembudidayaan
induk ikan kerapu
|
|
1.1 Latar
belakang melakukan
pembudidayaan induk ikan kerapu
|
Harga ikan kerapu yang tinggi menyebabakan penangkapan
terus terjadi sehingga membuat populasinya semakin berkurang, sehingga
dilaksanakanlah pembudidayaan induk
ikan kerapu
|
|
1
1)
1.2 Langkah awal
dalam pembudiayaan induk ikan kerapu
|
Induk di letakkan di bak beton berdasarkan jenisnya. Kemudian
ditunggu sampai masa kawin, pemijahan, dan pendederan
|
|
1.3 Pemerolehan
induk ikan kerapu
|
Diperoleh dengan cara membeli dari pengepul yang
berasal dari Denpasar dan pengusaha yang memiliki keramba jaring apung di
Pegametan
|
|
1.4 Perawatan
induk
|
Terdiri dari pembersihan bak beton, pemberian pakan
yang sesuai, dan cara mengatasi penyakit yang menyerang induk ikan kerapu
|
Dalam
penelitian inijuga digunakan metode wawancara. Oleh karena itu dipersiapkan
daftar pertanyaan untuk memperkuat data berkaitan dengan pembudidayaan induk
ikan kerapu, maka dilakukan wawancara dengan narasumber di lokasi penelitian.
Adapun pedoman wawancara disajikan pada tabel sebagai berikut :
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1.
|
Apa yang melatarbelakangi di tempat ini dilaksanakan
pembudidayaan induk ikan kerapu ?
|
Harga ikan kerapu yang tinggi menyebabakan penangkapan
terus terjadi, sehingga membuat populasinya semakin berkurang, sehingga
dilaksanakanlah pembudidayaan induk ikan kerapu
|
2.
|
Bagaimana langkah awal dalam pembudidayaan ?
|
Induk di letakkan di bak beton berdasarkan jenisnya.
Kemudian ditunggu sampai masa kawin, pemijahan, dan pendederan
|
3.
|
Di perairan mana dapat ditemukan ikan kerapu ini ?
|
Di perairan Madura dan di perairan timur khususnya di
Nusa Tenggara Timur.
|
4.
|
Bagaimana cara memperoleh induk ikan kerapu yang
berkualitas ?
|
Dilakukan dengan cara memilih ikan yang ukurannya
normal, tidak cacat, dan tidak luka
|
5.
|
Bagaimana cara pembersihan kolam atau bak tempat
pemeliharaan induk ikan kerapu ?
|
Dengan menggunakan kaporit, pembersihan kolam dilakukan
dua kali dalam satu bulan.
|
6.
|
Apa saja pakan yang sesuai untuk induk ikan kerapu ?
|
Pakan yang diberikan berupa campuran ikan non ekonomis
dan cumi-cumi
|
7.
|
Penyakit atau hama apa saja yang sering menyerang induk
ikan kerapu ?
|
Parasit, bakteri atau sejenis kutu
|
8.
|
Bagaimana cara mengatasi apabila ada induk ikan kerapu
yang terserang penyakit atau hama ?
|
Induk diletakkan beberapa waktu dalam air tawar agar
penyebab penyakit atau kutu dapat terlihat
|
BBPPBL merupakan balai yang berada di
Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.
BBPPBL ini didirikan pada tahun 1985 dengan kegiatan awal yaitu pembenihan.
Alasan didirikannya BBPPBL ini adalah karena
potensi alam terutama potensi laut yang berada di sekitar daerah Gondol sangat
mendukung. Selain itu profesi masyarakat yang ada di sekitar Gondol sebagian
besar sebagai nelayan yang hampir setiap hari mencari ikan di laut menjadi
salah satu alasan berikutnya. Ketakutan pemerintah akan berkurangnya populasi
ikan, menyebabkan BBPPBL ini melakukan penelitian, pengembangan, dan
pembudidayaan salah satunya adalah ikan kerapu.
4.2 Pembahasan
Selama ini produksi
ikan kerapu diperoleh oleh para nelayan dengan cara penangkapan, baik dengan
kail (hand line) atau dengan alat tradisional lainnya, seperti bubu, sero, atau
rawai dasar. Pada umumnya hasil tangkapan nelayan ini langsung dikonsumsi atau
dijual segar dalam jumlah yang kecil karena penangkapan dengan sistem ini
memang sangat terbatas. Namun akhir-akhir ini (sesuai permintaan dan trend
pasar yang menghendaki ikan kerapu hidup) para nelayan telah mencoba
membudidayakan dengan pembesaran secara tradisional, dimana benihnya berasal
dari tangkapan di laut. Proses
penangkapan ikan khususnya ikan kerapu terus terjadi sehingga membuat
populasinya semakin berkurang, untuk menanggulangi penangkapan yang
terus-menerus, maka dilaksanakanlah pembudidayaan induk ikan kerapu yang
berlokasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Yang
bertujuan supaya populasi ikan khususnya ikan kerapu tidak mengalami kepunahan.
Langkah awal yang harus di perhatikan
dalam melakukan pembudidayaan induk ikan kerapu adalah peletakan atau
penempatan induk ikan dalam bak beton dengan volume 100 m3, sirkulasi
air 300-400% per hari. Kemudian ditunggu sampai masa perkawinan. Masa
perkawinan terjadi pada bulan gelap, berbeda dengan bandeng yang masa kawinnya
tidak tentu. Setelah masa perkawinan maka dilanjutkan dengan pemijahan pada
induk yang sudah mengalami masa kawin. Telur yang dihasilkan oleh satu induk
dari pemijahan bisa mencapai ribuan telur. Untuk menghindari kerusakan
pada telur maka dibuatkan pipa yang menghubungkan antara bak beton dengan egg
collector. Agar telur dapat menuju ke egg collector, maka volume air yang
berada pada bak beton harus sesuai dengan tinggi lubang pipa. Apabila telur
sudah terkumpul di egg collector maka telur akan dipindahkan ke ember dengan
menggunakan alat saring yang lubangnya berdiameter 60 mikron. Untuk mengetahui
antara telur yang dibuahi dan yang tidak maka dapat dilihat dari posisi telur
di air.Jika telur dalam posisi mengambang maka telur tersebut sudah dibuahi,
dan apabila telur mengendap di dasar ember, itu berarti telur tidak dibuahi. Untuk
menghindari agar telur yang dibuahi tidak busuk dan menimbulkan bau, maka telur
kembali dipindahkan ke dalam bak inkubasi sampai satu minggu hingga telur
menetas. Ketika telur sudah menjadi larva maka selanjutkan dipindahkan ke bak
pendederan. Pada masa pendederan larva akan menjadi lebih besar dalam waktu
satu minggu. Biasanya untuk memilih calon induk yang berkualitas baik,
dilakukan pada hari ke lima puluh.
Induk
ikan kerapu banyak dijumpai pada perairan Madura dan di perairan timur khususnya di Nusa Tenggara Timur. Dari
konservasi yang dilakukan, induk yang ada didapat dengan cara membeli dari
pengepul yang berada di Denpasar dan pengusaha ikan yang memiliki keramba jaring
apung di Pegametan. Untuk memperoleh calon induk yang berkualitas, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yaitu : ikan yang ukurannya normal, tidak cacat dan
tidak luka, seperti mulutnya bengkok dan insangnya keluar. Selain itu,
pemberian pakan juga sangat penting dalam pemeliharaan induk ikan kerapu. Pakan
yang sesuai untuk diberikan adalah campuran antara ikan non ekonomis dan
cumi-cumi dengan perbandingan 2:1 sampai kenyang. Sebelum pakan diberikan,
terlebih dahulu pakan dibersihkan dengan cara mengeluarkan isi perut dari ikan
non ekonomis tersebut.
Di
samping memperhatikan kualitas induk, yang juga perlu diperhatikan yaitu
kebersihan bak beton tempat pemeliharaan ikan .Pembersihan bak beton dilakukan
secara berkala, yaitu dua kali dalam satu bulan dengan menggunakan kaporit yang
bertujuan membersihkan kuman-kuman yang dapat menyerang induk ikan kerapu. Sedangkan untuk membersihan induk
ikan dilakukan dengan cara memindahkan ikan pada sebuah bak yang berisi air
tawar selama tiga menit. Ini bertujuan untuk mengetahui penyakit pada ikan,
salah satunya yaitu kutu yang melekat pada tubuh ikan. Kutu ini dapat
menyebabkan tubuh ikan menjadi terluka karena tubuhnya digesekkan pada bak
beton. Sementara untuk menghindari induk ikan dari serangan burung pemangsa
ikan, maka dipasang jaring pada pemukaan bak beton.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
Pembudidayaan induk ikan kerapu dapat
dilakukan dengan cara memilih induk yang berkualitas, melakukan pembersihan
kolam secara berkala yaitu dua kali dalam satu bulan dengan menggunakan kaporit,
pembersihan induk ikan kerapu dilakukan
dengan cara memindahkan induk ikan kerapu ke dalam bak berisi air tawar dalam
waktu tiga menit, pakan berupa campuran ikan non ekonomis dan cumi-cumi yang
diberikan sampai induk ikan kenyang, rata-rata enam kilogram per hari.
5.2 Saran-saran
Dengan
hasil penelitian, yaitu pembudidayaan induk kerapu dalam mempertahankan kelestarian jenisnya,
maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut.
1) Pelaksanaan
Karya Wisata memiliki tujuan yang sangat strategis dalam upaya mengembangkan
keterampilan berfikir kritis siswa. Oleh karena itu disarankan agar kegiatan
Karya Wisata ini terus dilakukan dengan mengambil objek yang lebih menantang sehingga upaya
meningkatkan daya nalar kemampuan, ketrampilan
dikalangan siswa pada umumnya dan siswa SMAN 1 Banjar pada khususnya terus
dikembangkan.
2) Dalam
penyeleggaraan Karya Wisata perlu dilakukan persiapan yang lebih matang. Oleh
karena itu,disarankan agar dalam menyelenggarakan kegiatan ini persiapannya
lebih lama sehingga dapat direncanakan dengan baik dan benar yang berakibat
pada hasil yang diharapkan menjadi lebih baik.
3) Kepada
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, hendaknya paham terhadap biota laut
yang saat ini populasinya sudah semakin
berkurang. Dengan demikian, maka akan diketahui bagaimana cara menjaga dan
mengembangkan biota laut khususnya ikan kerapu supaya tidak mengalami
kepunahan.
4) Penelitian
ini merupakan penelitian awal dari upaya
yang dikaji lebih dalam tentang pembudidayaan ikan kerapu.Oleh karena itu
disarankan kepada pembaca dan siswa pada umumnya yang ingin melakukan
penelitian dapat menggunakan penelitian ini dan juga sekaligus menambah
motivasi untuk meningkatkan pembudidyaan ikan kerapu di hari-hari yang akan
datang.Penelitian dilakukan sehingga kajian lebih mengarah ke hal-hal teknik pembudidayaan ikan kerapu yang
nantinya lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.Dalamhttp://www.globalissues.org/article/170/why-is-
biodiversity-important-who-cares diunduh Minggu, 30 September 2012
Adif.Dalam http://addiehf.wordpress.com/2007/06/14/keanekaragaman-sumber-daya-alam-hayati-dan-konservasinya/
diunduh Minggu, 30 September 2012
Anonym.
Dalam https://www.google.co.id/search?q=+biodiversitas&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta#hl=id&client=firefox-beta&hs=aA1&rls=org.mozilla:en-US:official&q=definisi+biodiversitas&revid=241793253&sa=X&psj=1&ei=y_prULikNsasrAf1moHQDQ&ved=0CFwQ1QIoAw&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=4f19ecbafbea52d7&biw=1352&bih=615
diunduh Senin, 1 Oktober 2012
Kohno H., P.T. Imanto, S. Dani, B.
Slamet and P. Sunyoto (1990).Reproductive performance and early life history of
the grouper.Epinephelus fuscogutatus.
Bul, Penel, Perikanan Spec. Eds (1) 27-36) diunduh Senin, 1 Oktober 2012
Langganan:
Postingan (Atom)